Selasa, 29 Maret 2011


RISK OF FORGIVENESS

Risk Forgiveness

Forgiveness is beautiful

Forgiveness is Alms

...
Forgiveness is inviting His Maghfirah

Forgiveness is inviting His Rahmah

Forgiveness is enjoyable

Forgiveness is delicious

Forgiveness is paved feelings

Forgiveness is paved distress

Forgiveness is opening the doors of love

Forgiveness is opening the doors of the world

Forgiveness is opening the doors of happiness

Forgiveness is opening the doors of paradise

Forgiveness is releasing problem

Forgiveness is releasing a sense of restless

Forgiveness is releasing flavor awry

Forgiveness is releasing tired

Forgiveness was launched respiratory

Forgiveness is smooth relations

Forgive it adds good looks

Forgive it adds loveliness

Forgiveness is fogot it

Forgiveness is healthy

Forgiveness is maturing

Forgiveness is the intellectual

Forgive that clean themselves

Forgiveness was invited fortune

Forgiveness is reassuring

Forgiveness is invited Divine blessing

Thus,

not again we say:

"Huh, he's awful if I forgive him, feeling nauseated in his not in me ..."

Why?

Astaghfirullaahal'azhiim ...

from ingin ibadah

Jumat, 25 Maret 2011


MEMINTA MAAF JIKA KITA BERSALAH

                Pada suatu hari, ketika Nabi Sulaiman A.S. tengah berbaring, ada seekor semut berjalan didadanya. Kemudian ia ambil semut itu dan dilempar jauh.

                Dengan marah, semut itu berkata, “Wahai Nabi Allah, mengapa kamu lemparkan aku dengan begitu keras? Apakah kamu lupa bahwa pada hari kiamat nanti kamu akan berdiri di hadapan Pencipta segala kerajaan, yaitu Tuhannya langit dan bumi, yang Maha Adil, yang mengambil hak  orang yang dizalimi dari orang yang menzaliminya?”
                Mendengar kata-kata semut itu, Nabi Sulaiman A.S. pingsan. Setelah siuman, ia pandangi si semut dan berkata kepadanya, Maafkanlah sikap zalimku terhadapmu  tadi.”

                Si semut menjawab, Aku akan memaafkan perbuatanmu tadi dengan tiga syarat. “Mendengar perkataa si semut, Nabi Sulaiman A.S. berkata, “Sebutkanlah ketiga persyaratanmu tersebut!”

                Si semut berkata, syarat yang pertama adalah, jangan kamu tolak orang yang meminta kepadamu. Sesungguhnya orang yang meminta kepadamu adalah sedang meminta karunia Allah, maka jangan sampai kamu cegah karunia Allah kepada makhluk-Nya.

                Sedangkan syarat yang kedua adalah, jangan tertawa berlebih-lebihan sehingga kamu terlena dengan dunia dan menyangka bahwa kamu telah menjalani semua tugasmu dengan baik di dunia ini, sehingga hatimu menjadi keras, sedangkan kamu telah dimuliakan oleh Allah dengan diberikan kerajaan yang besar ini.

                Sedangkan syarat yang ketiga adalah, jangan sampai kedudukanmu ini menghalangimu untuk menolong orang yang meminta pertolonganmu.

                Mendengar persyaratan semut itu, Nabi Sulaiman A.S. berkata, “Insya Allah, semua persyaratanmu itu akan aku jalani. Maka si semut berkata, “Jika begitu aku telah memaafkanmu.”

MERASA DIAWASI OLEH ALLAH

               Pada suatu hari, Abdullah bin Umar r.a. dan sahabatnya pergi ke pasar untuk membeli barang yang di perlukan. Sesampainya di pasar, mereka mencari tempAt untuk makan. Ketika itu lewat di depan mereka seorang anak kecil penggembala kambing. Kemudian Abdullah r.a. memanggil anak penggembala itu untuk makan bersama mereka. Anak gembala itu berkata, “Terima kasih, akan tetapi saya sedang berpuasa. “Mendengar itu, Abdullah r.a. memandang anak gembala itu dengan kagum dan berkata, “Hai anak gembala, dihari yang panas seperti ini engkau berpuasa sambil menggembala kambing pula?
     
             “Anak itu menjawab, “Tuan, api neraka itu lebih panas lagi. “Abdullah r.a. berkata, “Kamu benar, anak gembala.

                Kemudian Abdullah r.a. meminta kepada anak itu untuk menjual satu kambingnya kepada mereka. Tapi anak gembala itu menjawab, “Kambing-kambing ini bukan milik saya, tapi milik majikan saya.”
                
                Abdullah bin Umar r.a. ingin menguj sifat amanah dan keimanan anak gembala tersebut. Maka ia berkata, “Kamu bisa menjual satu dari kambing itu. Lalu uang hasil penjualanny bisa kamu belikan apa saja yang kamu butuhkan. Selanjutnya, katakan kepada majikanmu bahwa serigala telah memakan kambing itu. Apalagi majikanmu tidak melihatmu, tentu dia akan percaya dengan perkataanmu.  Bagaimana kamu setuju?”
               
               Mendengar perkataan Abdullah r.a. anak gembala itu menangis dan berkata, “Walaupun majikan saya tidak melihat perbuatan saya, tetapi Allah melihat dan mengetahui apa yang saya kerjakan. Semoga Allah memaafkan tuan.
                 
               DIMANAKAH ALLAH?” Dan anak tersebut teruuuuuuuuus menerus mengulang perkataannya itu sambil MENANGIS, “DIMANAKAH ALLAH? …..DIMANAKAH ALLAH?”
                
              Maka Abdullah bin Umar r.a. pun menangis mendengarnya, sambil mengikuti perkataan si penggembala tersebut, DIMANAKAH ALLAH?”
                
               Kemudian Abdullah bin Umar r.a. membeli anak gembala itu dan kambing-kambingnya dari tuannya dan membebaskannya dari perbudakan. Setelah itu, ia menghadiahkan seluruh kambing itu kepada si anak gembala, sebagai balasan atas sifat amanah dan keimanannya.

7 Kata Yang Merubah Hdupku

Aku tahu aku berbeda dari anak-anak lain. Dan aku amat membencinya. Ketika aku mulai bersekolah, teman-teman selalu mengejekku, maka aku semakin tahu perbedaan diriku. Aku dilahirkan dengan cacat. Langit-langit mulutku terbelah.Ya, aku adalah seorang gadis kecil dengan bibir sumbing, hidung bengkok, gigi yang tak rata. Bila berbicara suaraku sumbang, sengau dan kacau. Bahkan aku tak bisa meniup balon bila tak kupejet hidungku erat-erat.

Jika aku minum menggunakan sedotan, air akan mengucur begitu saja lewat hidungku. Bila ada teman sekolahku bertanya, "Bibirmu itu kenapa?" Aku katakan bahwa ketika bayi aku terjatuh dan sebilah pecahan beling telah membelah bibirku.

Sepertinya aku lebih suka alasan ini daripada mengatakan bahwa aku cacat sejak lahir. Saat berusia tujuh tahun aku yakin tidak ada orang selain keluargaku yang mencintai aku. Bahkan tidak ada yang mau menyukaiku.

Saat itu aku naik ke kelas dua dan bertemu dengan bu Leonard. Aku tak tahu apa nama lengkapnya. Aku hanya memanggilnya bu Leonard. Beliau berparas bundar, cantik dan selalu harum. Tangannya gemuk. Rambutnya coklat keperakan. Matanya hitam lembut yang senantiasa tampak tersenyum meski bibirnya tidak. Setiap anak menyukainya. Tetapi tak ada yang menyintainya lebih daripada aku. Dan aku punya alasan tersendiri untuk itu.

Pada suatu ketika sekolah melakukan test kemampuan pendengaran ; yaitu mendengar kata yang dibisikkan dengan satu telinga ditutup bergantian. Terus terang sulit bagiku untuk mendengar suara-suara dengan satu telinga. Tidak ada orang yang tahu akan cacatku yang satu ini. Aku tak mau gagal pada test ini lalu menjadi satu-satunya anak dengan segala cacat di sekujur tubuhnya.


Maka aku mencari akal untuk menyusun rencana curang. Aku perhatikan setiap murid yang ditest.

Test berlangsung demikian : setiap murid diminta berjalan ke pintu kelas, membalikkan tubuh, menutup satu telinganya dengan jari, kemudian bu guru akan membisikkan sesuatu dari mejanya tulisnya. Lalu murid diminta untuk mengulangi perkataan bu guru. Hal yang sama dilakukan pada telinga yang satunya. Aku menyadari ternyata tak ada seorang pun yang mengawasi apakah telinga itu ditutup dengan rapat atau tidak. Kalau begitu aku akan berpura-pura saja menutup telingaku. Selain itu aku tahu dari cerita murid-murid yang lain bu guru biasanya membisikkan kata-kata seperti, "Langit itu biru" atau "Apakah kau punya sepatu baru?".



Kini tiba pada giliran terakhir; giliranku. Aku berjalan ke luar kelas, membalikkan tubuh lalu menutup telingaku yang cacat itu dengan kuat tetapi kemudian perlahan-lahan merenggangkannya sehingga aku bisa mendengar kata-kata yang dibisikkan oleh bu guru.

Aku menunggu dengan berdebar-debar kata-kata apa yang akan dibisikkan oleh bu Leonard. Dan bu Leonard, bu guru yang cantik dan harum, bu guru yang aku cintai itu, membisikkan tujuh buah kata yang  telah mengubah hidupku selamanya. Ia berbisik dengan lembut,



"Maukah kau jadi putriku, wahai gadis manis...?!"



Tanpa sadar aku berbalik, berlari, memeluk bu Leonard erat-erat, dan membiarkan seluruh air mataku tumpah di tubuhnya.

"Ibu bak pelita penerang dalam gulita, jasamu tiada tara...."

Rabu, 09 Maret 2011

The Rude Words

KATA-KATA KASAR
Saya menabrak seorang yang tidak dikenal ketika lewat. “Oh, maafkan saya” adalah reaksi saya. Ia berkata, “Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda.” Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan.

Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.

...Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda. Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh. “Minggir,” kata saya dengan marah.

Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya.

Ketika saya berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara padaku, “Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu.”

“Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu.”

Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes. Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, “Bangun, nak, bangun,” kataku. “Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?” Ia tersenyum, ” Aku menemukannya jatuh dari pohon. “Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru.”

Aku berkata, “Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi.”

Si kecilku berkata, “Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu.”
Aku pun membalas, “Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru.”

Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.

Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang bijaksana, bukan?

Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di atas?

Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA?
Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY.
FAMILY = (F)ather (A)nd (M)other, (I), (L)ove, (Y)ou

Teruskan cerita ini kepada orang-orang yang kau pedulikan. Saya telah melakukannya.

Diterjemahkan dari : HARSH WORDS

Wanita dalam AlQur'an

Di dalam Al-Qur'an terdapat 114 surah. Di dalamnya tidak a...da satu pun surah tentang pria (ar-rijal), tapi menariknya ada surah tentang wanita (An-Nisaa'), bahkan lebih spesifik ada surah Maryam, meskipun dia bukan nabi. Umar ra. memerintahkan kepada wanita untuk mempelajari surah An-Nuur (cahaya) karena di dalamnya mengandung pelajaran bagi kaum wanita agar lebih bercahaya. Keberadaan kaum wanita sama dengan kaum pria di hadapan Allah.

Allah SWT berfirman (yang artinya), "Maka, Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain ...'." (Ali Imran, 3: 195).

"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik ..." (An-Nahl: 97).

Keberadaan wanita sebagaimana pria dalam kehidupan ini mengalami ujian yang bermacam-macam. Namun, mereka harus tetap tegar dan shalehah seperti yang dicontohkan Al-Qur'an dengan Asiyah, istri Fira'un yang sabar dalam menghadapi ujian dari suaminya, atau seperti Maryam yang tabah menghadapi ujian hidup tanpa suami. (Lihat At-Tahrim 11-12). Sebaliknya, jangan seperti istri Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. yang berkhianat terhadap suaminya dan tidak taat kepada Allah. (At-Tahriim: 10).

Wanita pada Masa Rasulullah

Rata-rata kaum wanita pada masa Rasulullah saw. tidak ketinggalan ikut berlomba meraih kebaikan, meskipun mereka juga sibuk sebagai ibu rumah tangga. Mereka ikut belajar dan bertanya kepada Rasulullah saw.

Wanita yang paling setia kepada Rasulullah adalah Khadijah yang telah berkorban dengan jiwa dan hartanya. Kemudian Aisyah, yang banyak belajar dari Rasulullah kemudian mengajarkannya kepada kaum wanita dan pria. Bahkan, ada pendapat ulama yang mengatakan, seandainya ilmu seluruh wanita dikumpulkan dibanding ilmu Aisyah, maka ilmu Aisyah akan lebih banyak. Begitulah Rasulullah saw. memuji Aisyah.

Ada seorang wanita bernama Asma binti Sakan. Dia suka hadir dalam pengajian Rasulullah saw. Pada suatu hari dia bertanya kepada Rasulullah,"Ya Rasulullah saw., engkau diutus Allah kepada kaum pria dan wanita, tapi mengapa banyak ajaran syariat lebih banyak untuk kaum pria? Kami pun ingin seperti mereka. Kaum pria diwajibkan shalat Jum'at, sedangkan kami tidak; mereka mengantar jenazah, sementara kami tidak; mereka diwajibkan berjihad, sedangkan kami tidak. Bahkan, kami mengurusi rumah, harta, dan anak mereka. Kami ingin seperti mereka. Maka, Rasulullah saw. menoleh kepada sahabatnya sambil berkata, "Tidak pernah aku mendapat pertanyaan sebaik pertanyaan wanita ini. Wahai Asma, sampaikan kepada seluruh wanita di belakangmu, jika kalian berbakti kepada suami kalian dan bertanggung jawab dalam keluarga kalian, maka kalian akan mendapatkan pahala yang diperoleh kaum pria tadi." (HR Ibnu Abdil Bar).

Dalam riwayat Imam Ahmad, Asma meriwayatkan bahwa suatu kali dia berada dekat Rasulullah saw. Di sekitar Rasulullah berkumpullah kaum pria dan juga kaum wanita. Maka beliau bersabda, "Bisa jadi ada orang laki-laki bertanya tentang hubungan seseorang dengan istrinya atau seorang wanita menceritakan hubungannya dengan sumianya." Maka tak seorang pun yang berani bicara, maka saya angkat suara. "Benar ya Rasulullah, ada pria atau wanita yang suka menceritakan hal pribadi itu." Rasulullah menimpali, "Jangan kalian lakukan itu, karena itu jebakan syaitan seakan syaitan pria bertemu dengan syaitan wanita, kemudian berselingkuh dan manusia pada melihatnya."

Ada juga wanita yang tabah dalam kehidupan rumah tangga yang serba pas-pasan tapi tidak pernah mengeluh seperti Asma' binti Abi Bakar dan Fatimah. Kutub Tarajim membenarkan cerita tentang Fatimah. "Suatu saat dia tidak makan berhari-hari karena nggak ada makanan, sehingga suaminya, Ali bin Abi Thalib, melihat mukanya pucat dan bertanya,"Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan pucat?"

Dia menjawab,"Saya sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di rumah."

Ali menimpali,"Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?"

Dia menjawab,"Ayahku, Rasulullah saw., menasehatiku di malam pengantin, jika Ali membawa makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta."

Luar biasa bukan?

Ada juga wanita yang diuji dengan penyakit, sehingga dia datang kepada Rasulullah saw. meminta untuk didoakan. Atha' bin Abi Rabah bercerita bahwa Ibnu Abbas r.a. berkata kepadaku,"Maukah aku tunjukkan kepadamu wanita surga?"

Aku menjawab,"Ya."

Dia melanjutkan,"Ini wanita hitam yang datang ke Rasulullah saw. mengadu, 'Saya terserang epilepsi dan auratku terbuka, maka doakanlah saya.' Rasulullah saw. bersabda, "Jika kamu sabar, itu lebih baik, kamu dapat surga. Atau, kalau kamu mau, saya berdoa kepada Allah agar kamu sembuh."

Wanita itu berkata,"Kalau begitu saya sabar, hanya saja auratku suka tersingkap. Doakan supaya tidak tersingkap auratku."

Maka, Rasulullah saw. mendoakannya.

Ada juga wanita yang ikut berperang seperti Nasibah binti Kaab yang dikenal dengan Ummu Imarah. Dia becerita,"Pada Perang Uhud, sambil membawa air aku keluar agak siang dan melihat para mujahidin, sampai aku menemukan Rasulullah saw. Sementara, aku melihat pasukan Islam kocar-kacir. Maka, aku mendekati Rasulullah sambil ikut berperang membentengi beliau dengan pedang dan terkadang aku memanah. Aku pun terluka, tapi manakala Rasulullah saw. terpojok dan Ibnu Qamiah ingin membunuhnya, aku membentengi beliau bersama Mush'ab bin Umair. Aku berusaha memukul dia dengan pedangku, tapi dia memakai pelindung besi dan dia dapat memukul pundakku sampai terluka. Rasulullah saw. bercerita,"Setiap kali aku melihat kanan kiriku, kudapati Ummu Imarah membentengiku pada Perang Uhud." Begitu tangguhnya Ummu Imarah.

Ada juga Khansa yang merelakan empat anaknya mati syahid. Ia berkata,"Alhamdulillah yang telah menjadikan anak-anakku mati syahid."

Begitulah peranan wanita pada masa Rasulullah saw. Mereka berpikir untuk akhiratnya, sedang wanita sekarang yang lebih banyak memikirkan dunia, rumah tinggal, makanan, minuman, kendaraan, dan lain-lain.

Kaum Wanita paa Masa Berikutnya

Ketika Utsman bin Affan mengerahkan pasukan melawan manuver-manuver Romawi, komandan diserahkan kepada Hubaib bin Maslamah al-Fikir. Istri Hubaib termasuk pasukan yang akan berangkat perang. Sebelum perang dimulai, Hubaib memeriksa kesiapan pasukan.

Tiba-tiba istrinya bertanya,"Di mana saya menjumpai Anda ketika perang sedang berkecamuk?"

Dia menjawab,"Di kemah komandan Romawi atau di surga."

Ketika perang sedang berkecamuk, Hubaib berperang dengan penuh keberanian sampai mendapatkan kemenangan. Segera dia menuju ke kemah komandan Romawi menunggui istrinya. Yang menakjubkan, saat Hubaib sampai ke tenda itu, dia mendapatkan istrinya sudah mendahuluinya. Allahu Akbar.

Pada masa Dinasti Abbasiyah yang dipimipin oleh Harun al-Rasyid, ada seorang Muslimah disandera oleh tentara Romawi. Maka, seorang ulama bernama Al-Manshur bin Ammar mendorong umat Islam untuk berjihad di dekat istana Harun al-Rasyid dan dia pun menyaksikan ceramahnya. Tiba-tiba ada kiriman bungkusan disertai dengan surat. Surat itu lalu dibuka dan dibaca oleh ulama tadi dan ternyata berasal dari seorang perempuan dan berbunyi,"Aku mendengar tentara Romawi melecehkan wanita Muslimah dan engkau mendorong umat Islam untuk berjihad, maka aku persembahkan yang paling berharga dalam diriku. Yaitu, seuntai rambutku yang aku kirimkan dalam bungkusan itu. Dan, aku memohon agar rambut itu dijadikan tali penarik kuda di jalan Allah agar aku dapat nantinya dilihat Allah dan mendapatkan rahmatnya." Maka, ulama itu menangis dan seluruh hadirin ikut menangis. Harun al-Rasyid kemudian memutuskan mengirim pasukan untuk membebaskan wanita Muslimah yang disandera itu.

Seorang istri Shaleh bin Yahya ditinggal suaminya dan hidup bersama dua anaknya. Ia mendidik anak-anaknya dengan ibadah dan qiyamul lail (shalat malam). Ketika anak-anaknya semakin besar, dia berkata,"Anak-anakku, mulai malam ini tidak boleh satu malam pun yang terlewat di rumah ini tanpa ada yang shalat qiyamullail."

"Apa maksud ibu?" tanya mereka.

Ibu menjawab,"Begini, kita bagi malam menjadi tiga dan kita masing-masing mendapat bagian sepertiga. Kalian berdua, dua pertiga, dan saya sepertiga yang terakhir. Ketika waktu sudah mendekati subuh, saya akan bangunkan kalian."

Ternyata kebiasan ini berlanjut sampai ibu mereka meninggal. Dan amalan itu tetap dilanjutkan oleh dua anak itu karena mereka sudah merasakan nikmatnya qiyamullalil.

Wanita Dewasa Ini

Kalau kita perhatikan perkembangan wanita dewasa ini, memang cukup mengkhawatirkan, meskipun di lain pihak masih banyak kaum wanita berjilbab yang semarak. Bahkan, pengajian-pengajian justru dipenuhi oleh kaum wanita. Tapi, melihat berbagai upaya musuh Islam untuk menghancurkan kaum hawa dengan berbagai cara melalui media massa yang destruktif (merusak), maka tantangannya semakin berat. Kalau tidak berbekal ilmu agama yang cukup dan disertai semangat juang yang tinggi, niscaya wanita pada zaman sekarang sulit untuk selamat. Bayangkan, kehidupan masyarakat di sekeliling kita sampai pergaulan di tingkat nasional dan internasional sudah sangat bejat. Kebejatan itu diliput dan disampaikan ke rumah-rumah kita melalui saluran-saluran TV. Dan, yang tidak puas ditambah dengan VCD dan internet. Sehingga, waktu untuk beribadah kepada Allah semakin terpinggirkan atau tergeser oleh otak yang merekam semua adegan itu.

Sementara, penangkalnya relatif kecil, dengan cara tradisional melalui pengajian minimal seminggu sekali. Maka, kita perlu kunci-kunci keselamatan.

* Kunci kebahagiaan adalah taat keada Allah dan Rasul-Nya.
* Kunci surga adalah tauhid.
* Kunci keimanan adalah berpikir tentang ayat-ayat Allah dan ciptaan-Nya.
* Kunci kebaikan adalah kejujuran.
* Kunci kehidupan hati adalah membaca dan mendalami Al-Qur'an serta menjauhi dosa.
* Kunci rizki adalah berusaha sambil beristighfar dan bertakwa.
* Kunci ilmu adalah pandai bertanya dan mendengar.
* Kunci kemenangan adalah sabar.
* Kunci kesuksesan adalah takwa.
* Kunci tambah rizki adalah bersyukur.
* Kunci sukses akhirat adalah zuhud terhadap dunia.
* Kunci dikabulkan permintaan adalah doa, dll.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Kisah Ka'ab bin Malik

Pernahkah anda merasakan bumi yang kita diami ini menjadi sempit sehingga napas kita menjadi sesak? Jika belum, dengarlah kisah Ka'ab bin Malik lima belas abad yang lampau.

...Ketika Nabi yang mulia berangkat perang bersama para sahabat beliau dalam perang Tabuk, ada tiga orang sahabat yang enggan ikut dalam barisan pasukan Nabi, yaitu Ka'ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi'ah. Ka'ab bercerita, "Ketika kudengar berita bahwa Nabi telah kembali dari Tabuk, terpikir dalam hatiku untuk berdusta. Aku berpikir bagaimana supaya selamat dari kemurkaan Nabi. Namun ketika Nabi sudah sampai di Madinah, aku berpikir bahwa aku tidak akan selamat sedikit pun.

Aku kemudian memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya mengapa aku tidak ikut berperang bersama beliau." Nabi datang di Madinah. Aku temui dia. Beliau tersenyum, senyum marah.

"Kemarilah," ujar Nabi. Aku duduk di dekat beliau. Nabi yang mulia bertanya, "Apa yang menyebabkanmu tidak ikut berperang?" Aku berkata, Ya Rasul Allah, jikalau aku menghadap penduduk dunia selain engkau, tentu aku sanggup menyelamatkan diri dari dari kemurkaan dengan mengajukan alasan. Tetapi, demi Allah, sekiranya aku berdusta kepada engkau agar engkau ridha, mungkin Allah segera membuatmu marah kepadaku. Demi Allah, aku tidak mempunyai alasan apapun. Demi Allah, waktu aku meninggalkan diri, aku berada dalam keadaan yang baik (dan mampu untuk berperang).

Rasul bersabda, "Orang ini berbicara benar. Pergilah, sampai Allah memberikan keputusan tentang kamu." Nabi kemudian mengisolir Ka'ab dan kedua temannya sampai datang putusan dari Allah. Nabi melarang kaum Muslim berbicara kepada mereka. Bahkan, isteri mereka pun kemudian dilarang mendekati mereka. Wajah umat Islam berubah kalau melihat Ka'ab. Mereka segera memalingkan wajahnya.

Ka'ab bercerita, "Aku shalat berjam'ah bersama kaum Muslimin. Aku berkeliling kota dan pasar. Tidak seorangpun menegurku. Aku datangi Rasul sesudah shalat. Aku ucapkan salam kepadanya. Aku ingin tahu apakah beliau menggerakkan bibirnya membalas salamku.Aku shalat didekatnya dan mencoba melirik kepadanya. Usai shalat beliau melihatku, tetapi segera memalingkan wajahnya ke arah lain.

Aku tinggalkan Nabi. Aku berjalan dan berjalan, sampai ke rumah saudara sepupuku, Abu Qatadah. Kuucapkan salam, tetapi demi Allah ia tidak menjawab salamku. Aku berkata, "Hai Abu Qatadah, tahukah engkau bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya? Aku ulangi beberapa kali. Abu Qatadah hanya diam. Aku ulangi lagi. Ia menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Air mata menggelegak di pelupuk mataku. Aku beranjak dari rumahnya."

Kejadian ini berlangsung lima puluh hari. Ka'ab dan kedua kawannya mengasingkan diri di sebuah bukit. Keluarganya mengantarkan makanan kepada mereka. Suatu hari Ka'ab berkata, "Orang-orang dilarang berbicara kepada kita. Kita pun sepatutnya tidak saling berbicara. Setelah itu mereka tinggal berjauhan.

Datang pula utusan dari Syam yang bermaksud merangkul Ka'ab dan kedua temannya agar membelot dari Islam dan bergabung dengan non-Muslim. Ka'ab berkata, "Tawaran ini juga bagian dari cobaan." Ka'ab menampiknya dan tetap setia dalam Islam meski telah diisolir oleh umat Islam.

Setiap hari Ka'ab dan kedua rekannya berdo'a, beristighfar dan menangis. Setelah lima puluh hari, Allah menurunkan ayat: "

(Dan Allah juga mengampuni) tiga orang yang meninggalkan diri di belakang. Ketika bumi yang luas terbentang terasa sempit bagi mereka dan mereka rasakan napas mereka sesak. Mereka tahu bahwa tidak ada tempat berlindung kecuali Allah. Kemudian Allah mengasihi mereka agar mereka kembali kepada Tuhan. Sesungguhnya Allah Penerima Taubat dan Maha Penyayang (QS 9: 118)

Ka'ab mendengar berita pengampunan ini setelah subuh. Ia memeluk pembawa berita. Ia rebahkan dirinya bersujud syukur. Segera ia temui Rasul. Rasul menyambutnya dengan senyum yang bersinar. Ketika melihat sambutan Nabi seperti itu (yang berbeda dengan sebelumnya). Ka'ab tidak dapat menahan air matanya. Ia menciumi tangan dan kaki Rasul yang mulia. Karena ia mendapat ampunan itu berkat kejujurannya, ia berjanji bahwa sejak itu lidahnya tidak akan pernah mengucapkan kebohongan. (Tafsir al-Durr al-Mantsur 4:309-315; Jalaluddin Rakhmat, 1993: 77-80)

Selasa, 08 Maret 2011

Examination

UJIAN

Disadur dari : Hikmah

Sesungguhnya Allah mengujimu di titik-titik kelemahan yang ada pada dirimu
...
Seluruh hidup ini merupakan Ujian-Ku untukmu. Kesedihan, kesusahan, kesenangan, pun kebahagiaan. Temukanlah butir-butir pelajaran yang ingin AKU sampaikan dan ajarkan kepadamu, yang bertaburan namun tersembunyi di balik ini semua...

Bila kau merasa tak sabar dan tak bersyukur atas segala yang Kutentukan untukmu, baik itu kesedihan-kesedihanmu, kesusahan-kesusahanmu, kesenangan-kesenanganmu, kebahagiaan-kebahagiaanmu, maka sesungguhnya kaulah yang telah menjauhi AKU dan Ampunan-Ku...

Keluhan, kesal, marah, iri, dendam, su'udzon, dan semacamnya, merupakan tanda-tanda ke-tidak sabar-anmu dan ke-tidak syukur-anmu kepada-Ku. Karena segala sesuatu yang hadir dalam hidupmu, adalah sesuai dengan Ketentuan dari-Ku...

Segala hidupmu adalah untuk mengabdi kepada-Ku. Karena itu, jadilah kau abdi-Ku, dan bukan abdi dari nufuwsul hawiyah / hawa nafsu dan syahwat (nafs-nafs yang mungkar terhadap-Ku), dan bukan pula abdi dari syetan. Abdi-Ku yang baik adalah dia yang MENGENAL AKU (Ma'rifat kepada-Ku)...

Berprasangka baiklah (HUSNUDZON-lah) engkau terhadap segala yang telah
Kuhadirkan dalam hidupmu. Jangan mengeluh dan jangan kesal. Jangan merutuk.
Sebab kesedihan-kesedihanmu, kesusahan-kesusahanmu, adalah juga TANDA KASIH-Ku kepadamu...
Maka, manakah rasa syukurmu itu?...
Sabar dan syukur adalah pasangan yang tak bisa dan tak akan pernah bisa dipisahkan. Sabar dan syukur adalah bentuk HUSNUDZON kepada Allah Ta'ala Sang Pencipta. Dan HANYA dengan (selalu) ber-HUSNUDZON terhadap segalanya yang telah DIA hadirkan dengan SENGAJA ke dalam kehidupan inilah, maka butir-butir Pelajaran yang ingin DIA sampaikan dan ajarkan akan dapat ditemukan dan dipahami.

Hidup adalah Ujian. Dan ujian adalah Ranjau Cinta dari Sang Pemilik Cinta.
Jika kita tak merasakan bahwa seluruh liku-liku hidup ini -- baik itu kebahagiaan,
TERUTAMA kesedihan dan kesusahan -- adalah sesungguhnya (Haqiqatnya)
merupakan perwujudan Cinta-Nya, maka HATI-HATI-lah ! Sebab, itu pertanda / gejala bahwa kita tanpa sadar telah ber-BURUK SANGKA (su'udzon) kepada-Nya Sang Penentu dan Cinta Sejati, dan buruk sangka (su'udzon) ini telah menjauhkan kita dari Pelukan Maghfirah-Nya.

Sabar dan syukur yang Sejati (yang sebenarnya) adalah yang di dalam dada (qalbu). Bukanlah rasa sabar yang di-sabar-sabar-kan, bukan pula rasa syukur yang di-syukur-syukur-kan. Sabar dan syukur yang Sejati itu adalah PEMBERIAN-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Maka, memohonlah kepada-Nya akan sabar dan syukur yang Sejati ini. Memohonlah kepada-Nya
Sang Empunya...
Memohonlah...
Kesabaran itu TAK ADA batasnya.
Bila terbatas, maka hal itu BUKANLAH SABAR.
Teruslah berjuang untuk bisa sabar dan selalu bersyukur dalam qalbumu, dan bukanlah sekedar di lidahmu. Teruslah berjuang...
Janganlah berputus asa.
Di antara ciri-ciri sabar dan syukur yang Sejati itu, adalah : tidak mengeluh, tidak kesal, tidak mudah tersinggung, dan senantiasa berpikir bijak. Dada (qalbu)-nya hijau, bagai syurga yang mengalirkan sungai-sungai Pengetahuan akan DIA.

Segala sesuatu yang Allah Ta'ala Sang Maha Suci hadirkan ke dalam hidup kita ini, adalah SESUAI dengan porsi (kemampuan) yang kita miliki.
Tak pernah dan tak akan pernah DIA memberikan segala UJIAN ini melebihi porsi dari masing-masing diri. DIA tak pernah sedzarrahpun mendzalimi Ciptaan-Nya. Bahkan sesungguhnya... kita sendirilah yang (sangat sering) mendzalimi diri kita ini -- disadari ataukah tidak -- dengan mengeluh, kesal, su'udzon (berprasangka / berpikir buruk terhadap orang lain, ataupun kejadian-kejadian yang berlaku), dengki, dendam, dan semacamnya.
Maka... manakah rasa syukur kita itu?...

Betapa seringnya kita semua terlelap dalam menghitung dan mencari kesalahan-kesalahan orang lain, bahkan pula tenggelam dalam menyalahkan suatu fenomena kejadian. Lupa bahwa diri ini sendirilah yang sesungguhnya LEBIH HARUS DIPERBAIKI dan DIHISAB. Bukannya orang lain atau hal-hal di luar diri kita sendiri ! Dan lupa bahwa Allah-lah Sang Penentu Jalan Hidup ini dengan berbagai fenomena (kejadian)-nya.
Maka... manakah KETUNDUKAN dan KETAATAN kita kepada-Nya ?...

Hidup ini adalah Ujian. Dan dalam setiap Ujian terdapat Butir-Butir Pelajaran dari-Nya Sang Maha 'Ilmu dan Maha Mengajarkan. Butir-Butir Pelajaran itulah yang HARUS SENANTIASA bisa ditemukan, diolah, dan dipahami oleh setiap individu. Karena hanya dengan cara itulah kita akan bisa merasakan Kedekatan-Nya dan Kehadiran-Nya dalam tiap detik hidup ini.

DIA menguji dan mengasah setiap diri pada titik-titik kelemahan masing-masing.
Mengapa ?
Agar qalbu dan nafs (jiwa) sang hamba menjadi tegar, sabar, tidak cengeng, bijak, halus dan lembut, sehingga sedikit demi sedikit dapat melangkah menuju Shirath Al-Mustaqiim, sebuah jalan yang lurus, namun terjal dan mendaki, yang juga merupakan Jalan Sejati untuk bisa sampai kepada-Nya (dengan selamat).
DIA-lah Sang Jamal dan Sang Jalal itu.
Maka cari dan temukanlah DIA dalam seluruh sisi-sisi kehidupan kita, baik sisi yang jamal" (kesenangan, kekayaan, keindahan, kemanisan, keceriaan dan kebahagiaan), dan TERUTAMA di sisi kehidupan yang "jalal" (kesusahan, kesedihan, kepedihan, kejelekan, kepahitan dan kesengsaraan).

Maka... DIA-lah Sang Cinta Sejati dan Al-Hadi...
Setiap tarikan nafas semakin mendekatkan kita kepada sang ajal.
Maka... teruslah kita berjuang dalam mengasah diri, dalam mensucikan qalbu, dalam mendewasakan nafs (jiwa), agar Kata-Kata (Petunjuk dan Pelajaran) dari-Nya dapat ditemukan, dicerna dan dipahami.

Janganlah terlena dalam ke-buruksangka-an dan kekesalan, janganlah tenggelam dalam ego dan keluhan.
DIA-lah Yang Nyata...
DIA-lah Yang Dekat...
Sangat dekat...

Hidup = Ujian = Ranjau Cinta dari Sang Cinta Sejati dan Maha Suci.
Leburkanlah ego (keakuan, keangkuhan, harga diri, kehendak) kita ke dalam Sang Al-Khabir. Karena ego itu merupakan salah satu dari sekian banyak HIJAB yang menghalangi jalan (Pengetahuan dan Pengenalan akan DIA) untuk bisa kembali dan sampai kepada-Nya Sang Al-Haqq. Dan hanya DIA-lah Satu-Satunya Yang pantas untuk memiliki semua ego-ego itu.

Sesungguhnya Tanda-Tanda (Ayat-Ayat)-Nya sangatlah nyata dan bertebaran di seluruh liku kehidupan ini. Ada yang tersembunyi (bathin / tersirat), ada pula yang mudah untuk diketahui dan dipahami (dzahir / tersurat).

Karena DIA itu Sang Jalal, namun juga Sang Jamal.
Dan karena DIA itu Sang Bathin, namun juga Sang Dzahir.
DIA-lah Sang Maha Segala-galanya...

Sabtu, 05 Maret 2011

Food For Soul

Food For Soul

A --Avoid negative sources, people, places, things and habits.

B -- Believe in yourself.

C -- Consider things from every angle.

D -- Don’t give up and don’t give in.

E -- Enjoy life today - yesterday is gone, tomorrow may never come.

F -- Family and friends are hidden treasures

G -- Give more than you planned to.

H -- Hang on to your dreams.

I -- Ignore those who try to discourage you

J -- Just do it.

K -- Keep trying no matter how hard it seems.

L -- Love yourself first and most.

M -- Make it happen.

N -- Never lie, cheat or steal; always strike a fair deal.

O-- Open your eyes and see things as they really are.

P -- Practice makes perfect.

Q -- Quitters never win, and winners never quit.

R -- Read, study and learn about everything important in your life.

S -- Stop procrastinating.

T -- Take control of your own destiny.

U -- Understand yourself to better understand others.

V -- Visualize it!

W -- Want it more than anything.

X -- Xcellerate your efforts.

Y -- You are unique of all God’s creations

Z -- Zero in on your target

Jumat, 04 Maret 2011

MY Pray For My Lover




ya Allah...
jika masih ada waktu untukku hidup di dunia ini
izinkan aq memiliki 1 hal saja...

izinkan aq memiliki seseorang.....
yg dapat menambahkan kecintaanku pada-MU...
yg dapat selalu mengingatkan aq pada-MU...
yg dapat menjadi kekasihku...
yg dapat menjadi sahabatku...
yg dapat menjadi penyejuk batinku...
yg dapat menjadi tempat mencurahkan segala isi hatiku...
yg dapat menasehatiku saat hati ini gundah...
yg dapat menjadi pengobat dikala jiwa ini terluka...
yg dapat menyempurnakan hidupku sebagai tanda cintaku kepada-MU...

ya Allah...
jika memang pantas untukku,
tunjukkanlah dia padaku...
mudahkanlah jalanku menemukannya...
persatukanlah aq dengannya...

izinkanlah kami saling mencintai karena-MU...
izinkanlah kami meraih syurga-MU dengan cinta diantara kami......